18 September 2019 7:06 am

Mengapa Kembali Berwudhu setiap kali Shalat?


-
Wudhu adalah awal setiap perkara karena wudhu adalah simbol kesucian, baik lahir maupun batin.
Ketika Imam asy-Syafi'i meninggal dunia, Sayyidah Nafisah sangat memujinya dan berkata, “Semoga Allah memberikan rahmat kepada asy-Syafi'i karena beliau berwudhu dengan baik." Jika seseorang berwudhu dengan baik, ia telah memperbaiki permulaan. Siapa yang memperbaiki permulaan, Allah akan memperbaiki penutupan. Awal akan mengisyaratkan akhir.

Adapun wudhu yang baik ditandai dengan beberapa hal berikut ini.
Pertama, memelihara fardhu dan sunnah wudhu. Melakukan isbagh (tiga kali basuh) dan tidak terburu-buru.
Kedua, berwudhu untuk setiap kali shalat meski ia masih "punya wudhu". Berwudhu seperti ini adalah cahaya di atas cahaya. Ketika seorang kembali berwudhu untuk setiap kali shalat maka ia memperoleh pahala yang besar. Setiap wudhu memiliki pahala di sisi Allah.
Ketiga, ketika berwudhu, ia ingat setiap perkara disyariatkannya wudhu. Dalam wudhu ada isyarat pada kesucian tubuh, kesucian pakaian, kesucian hati ketika bermunajat pada Allah SWT. Nilai inilah yang harus diingat. Mengingat bahwa setiap kali ia membasuh anggota tubuh, dosa-dosa jatuh darinya. Mengingat bahwa wudhu adalah salah satu pintu kebaikan yang akan menghapus dosa dan meninggikan derajat.

Karena itu, seorang muslim mesti berwudhu, bahkan di waktu yang tidak disukai, seperti waktu dingin dan tidak ada air panas dan pemanas. Dia hendaknya berwudhu untuk mencari ridha Allah. Dengan melakukannya, ia telah mencintai wudhu. Wallahu a'lam.

Muhammad Zacky Mubarok | Pegiat penerjemahan bahasa Arab. Penulis dan penyunting Ensiklopedia Al-Qur`an, hadis, sirah Nabi, dan kajian Islam yang bisa dilihat di sini.
Blog Post Lainnya
Mengapa Dunia Penuh Kesulitan?. Banyak orang ketika tertimpa musibah, bencana, malapetaka, atau bahkan krisis, maka ia menduga bahwa Tuhan sudah marah kepadanya. Padahal sebetulnya itu adalah sifat dunia yang Allah SWT ciptakan.
Jangan Turuti Nafsumu!. Kecerdasan dan kebodohan tidak dinilai dari banyaknya ilmu pengetahuan, tetapi yang mengantarkanmu kepada Allah SWT. Sumber kemaksiatan adalah memuaskan nafsu, sedangkan sumber ketaatan adalah
Di manakah Tingkatan Ikhlasmu?. Ibnu Athaillah as-Sakandari berkata dalam kalam hikmah yang kesepuluh, الأَعْمَالُ: صُوَرٌ قَائِمَةٌ، وَأَرْوَاحُهَا: وُجُودُ سِـرِّ الإِخْلاَصِ فِيهَا "Amal itu ibarat gambar yang berdiri,
dibuat denganberdu
@2024 Lentera Ilmu Makrifat Inc.