20 September 2019 3:07 pm

Jangan Turuti Nafsumu!


-
Kecerdasan dan kebodohan tidak dinilai dari banyaknya ilmu pengetahuan, tetapi yang mengantarkanmu kepada Allah SWT. Sumber kemaksiatan adalah memuaskan nafsu, sedangkan sumber ketaatan adalah mengekangnya, berupaya memperbaikinya, dan tidak tunduk kepadanya.
Setiap anak Adam pasti melakukan dosa dan sebaik-baik pelaku dosa adalah yang bertobat. Apabila seorang muslim bertobat kepada Allah seratus kali dalam sehari, seperti yang diajarkan Rasulullah saw dalam sabdanya, “Sungguh, aku bertobat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”--meskipun dosa Nabi di masa lalu dan akan datang telah diampuni--ini tidak lain adalah upayanya untuk “menggambar” jalan menuju Allah SWT. Nabi menegaskan bahwa asal setiap maksiat, lalai, dan syahwat adalah melampiaskan nafsu. Jika manusia tidak melakukannya, ia telah menanggalkan tirai nafsu dan menyingkap rahasia-rahasia. Seorang muslim bahkan secara kontinu harus mengekang nafsu sampai menghadap kepada Allah. Jangan setelah mengekang nafsu, dia justru membiarkannya karena itu akan mengacaukannya. Jika ada yang mengacaukan nafsu, berarti ia telah memuaskannya. Orang tersebut akan berada di "tempat terlarang" setelah tadinya terhindar darinya. Ahlullah berkata, “Perumpaan kondisi tersebut seperti orang yang lari dari hujan, tapi meneduh tepat di bawah talang air. Ia lari dari air hujan yang rintik, tapi berdiri di atas talang air, pusat turunnya air yang deras. Ia berada di tempat yang mesti ia hindari setelah menghindar dari hujan yang ringan. Bukankah ini sangat dungu? Setiap penyakit pasti ada obat yang menyembuhkan kecuali kedunguan yang sulit diobati oleh siapa pun.

Kesimpulannya, mereka yang telah sukses menentang nafsu menegaskan bahwa sumber semua ketaatan, kewaspadaan, kesucian adalah tidak menuruti hawa nafsu. Berteman dengan orang bodoh yang tidak menuruti nafsu lebih baik daripada menemani orang cerdas yang memuaskan nafsunya. Betapa banyak maksiat yang meninggalkan kerendahhatian, lebih baik daripada ketaatan yang melahirkan kesombongan.

Ya Allah, kasihilah kami dan terima kami apa adanya. Maafkan kami, tutupi cacat kami, dan ampuni dosa kami. Berikan kami syafaat dari kekasih-Mu, ya Allah, Yang Maha Penyayang. Amin.

Muhammad Zacky Mubarok | Pegiat penerjemahan bahasa Arab. Penulis dan penyunting Ensiklopedia Al-Qur`an, hadis, sirah Nabi, dan kajian Islam yang bisa dilihat di sini.
Blog Post Lainnya
Mengapa Dunia Penuh Kesulitan?. Banyak orang ketika tertimpa musibah, bencana, malapetaka, atau bahkan krisis, maka ia menduga bahwa Tuhan sudah marah kepadanya. Padahal sebetulnya itu adalah sifat dunia yang Allah SWT ciptakan.
Mengapa Kembali Berwudhu setiap kali Shalat?. . Wudhu adalah awal setiap perkara karena wudhu adalah simbol kesucian, baik lahir maupun batin. Ketika Imam asy-Syafi'i meninggal dunia, Sayyidah Nafisah sangat memujinya dan berkata, “Semoga
Di manakah Tingkatan Ikhlasmu?. Ibnu Athaillah as-Sakandari berkata dalam kalam hikmah yang kesepuluh, الأَعْمَالُ: صُوَرٌ قَائِمَةٌ، وَأَرْوَاحُهَا: وُجُودُ سِـرِّ الإِخْلاَصِ فِيهَا "Amal itu ibarat gambar yang berdiri,
dibuat denganberdu
@2024 Lentera Ilmu Makrifat Inc.